fbpx

Sejarah Saucony: Brand Pembuat Sepatu Lari Sejak 1898

Dipublikasikan oleh Gilang Irwan pada

Saucony adalah salah satu brand sneakers dan sepatu lari terbaik yang memiliki sejarah panjang di olahraga lari sejak tahun 1898. Saucony cukup populer di Amerika tempat asal brand ini dan di Indonesia, terutama di kalangan pecinta olahraga lari. Brand ini menawarkan berbagai produk untuk 3 tujuan utama: balap, lari, dan berjalan. Rancangan sepatu ini juga fokus pada ukuran kaki pelari, jenis lari, jenis lengkung, pronasi, dan lokasi tempat berlari.

Sejarah Perusahan

Kisah ini berawal dari sebuah pabrik sepatu bernama Saucony Shoe Manufacturing Company yang berdiri pada tahun 1898 di Kutztown, Pennsylvania, di tepi tinggi Saucony Creek. Pada tahun 1910, imigran Rusia A.R. Hyde memulai sebuah perusahaan sepatu di Cambridge, Massachusetts, bernama Hyde Athletic Industries. Perusahaan ini kemudian memiliki reputasi sebagai sepatu berkualitas tinggi dan berteknologi maju pada masa itu.

Perusahaan Hyde Athletic Industries kemudian membeli Saucony pada akhir 1960-an, dan memindahkannya ke Cambridge. Pada akhir tahun 1980-an, perusahaan ini sampai pada masa kejayaannya. Namun pada saat itu Saucony menjadi merek dominan Hyde mengalahkan produk lain seperti SpotBilt dan PF Flyers. Hal inilah yang mendasari perubahan nama perusahaan secara resmi dari Hyde Athletic Industries menjadi Saucony.

Pada tahun 2005 Saucony di akuisisi oleh Stride Rite Corporation dengan nilai akuisisi sebesar $ 170 juta. Tak lama kemudian kepemilikan Saucony kembali berpindah dengan akuisisi Stride Rite Corporation pada tahun 2007 oleh Payless ShoeSource dengan nilai akusisi sebesar $ 800 juta. Perusahaan gabungan ini terkenal sebagai Collective Brands.

Pada 2012, Performance Lifestyle Group dari Collective Brands, yang meliputi Saucony, bersama dengan Keds, Stride Rite dan Sperry Top-Sider, menjadi bagian dari Wolverine World Wide. Dalam transaksi $ 1,23 miliar yang juga melibatkan penjualan Payless ShoeSource dan Collective Licensing International kepada perusahaan ekuitas swasta Blum Capital Partners dan Golden Gate Capital.

Pada tahun 2016, Wolverine World Wide memindahkan Saucony dan merek-merek lainnya. Kantor pusat mereka berpindah ke lokasi baru yaitu di Waltham, Massachusetts. Namun di Indonesia sendiri Saucony pertama kali membuka toko sendiri pada tahun 2018 yang terletak di Mall Grand Indonesia, kota Jakarta. Walaupun sebelum membuka toko pertama Saucony sempat bekerjasama dengan raksasa retail Indonesia yaitu Mitra Adi Perkasa (MAP).

Brand Saucony

Nama dan logo perusahaan terinspirasi dari lokasi pabrik pertama mereka yang berdiri di tepi sungai Saucony. Saucony (sock-a-knee) berasal dari kata “saconk” yang merupakan bahasa Leni Lenape yang juga merupakan bahasa orang-orang Delaware, pribumi dari Northeastern Woodlands, yang tinggal di Kanada dan Amerika Serikat. Kata “Saconk” sendiri memiliki arti di mana dua sungai mengalir bersama.

Tidak jauh berbeda dengan nama brand, logo Saucony pun terinspirasi dari sungai yang mana terdapat tiga titik yang pada sebuah lengkungan sejatinya menggambarkan aliran air di sungai, dan batu-batu besar di dasar sungai yang terlihat keluar. Logo ini terinspirasi dari aliran konstan yang konsisten di Sungai dan tiga titik pada aliran tersebut mengingatkan kembali dengan tempat kelahiran brand, sekaligus pengingat cerita di masa lalu dan kebanggaan di masa depan yang membentuk brand ini.

Selain terkenal dengan jajaran sepatu lari dengan teknologi tinggi Saucony juga mengeluarkan koleksi lama mereka. Koleksi lama ini merupakan sepatu lari Saucony pada masa lalu. Saucony Originals merupakan sepatu lari klasik yang populer pada masanya, mewarisi sejarah panjang Saucony di dunia lari. Semua produk Saucony Originals di desain ulang dengan berbagai pilihan warna dan bahan premium untuk kebutuhan fashion.

Saucony dan Olahraga Lari

Sepanjang awal dan pertengahan 1900-an, lari menjadi fokus serius para atlet. Sayangnya pada saat itu, tidak ada sepatu lari berkinerja tinggi yang di desain khusus untuk berlari. Pada masa itu orang-orang berlarian dengan sepatu kulit berpaku, bahkan terkadang tanpa alas kaki. Hal inilah yang mendasari tekad perusahaan untuk membuat sepatu yang bisa mengubah cara orang berlari dan menjadi bagian dari sejarah lari itu sendiri.

Tepat dua tahun setelah Olympic Marathon pertama tahun 1896 di AthenaYunani. dan satu tahun setelah Boston Marathon di Massachusetts pada 1897 pabrik yang memproduksi sepatu khusus untuk berlari lahir. Saucony adalah brand sepatu lari yang tertua bahkan lebih tua merek terkenal seperti Adidas, Asics, dan Nike.

Tekad kuat untuk mengubah cara orang berlari menghasilkan sebuah moment berharga, ketika Saucony merilis sepatu Spike 7446 di tahun 1958. Sepatu ini telah membentuk citra serta sejarah yang kuat sebagai salah satu brand pelopor sepatu performance yang di desain khusus untuk olahraga lari.

Pada tahun 1977 Saucony meraih penghargaan dari Consumer Report Magazine sebagai produk dengan kualitas terbaik. Pada tahun 1979 dua sepatu lari Saucony dipilih dalam 10 teratas oleh majalah Runner’s World (Hornet terpilih sebagai nilai terbaik). Penghargaan lain terus diraih dari penghargaan untuk desain, tingkat kenyamanan dan inovasi atletik.

Nama Saucony juga tidak lepas dari Rodney Phillip “Rod” Dixon, pelari jarak menengah dan jarak jauh Selandia Baru. Dia memenangkan medali perunggu di 1500 meter di Olimpiade 1972 di Munich, dan pada 1983 memenangkan New York City Marathon yang disiarkan di TV, sebuah moment kemenangan yang bersejarah.

Pada tahun 2006 Saucony resmi meluncurkan Run For Good Foundation untuk menolong anak-anak terbebas dari obesitas yang sempat menjadi permasalah besar di amerika. Lebih dari $1 Million dolar telah di donasikan untuk membantu anak-anak berkomitmen untuk tetap hidup aktif dengan pola makan sehat.

Saucony akan selalu loyal dan mengembangkan teknologi mereka untuk mendukung olahraga lari. Pada tahun 2011, Saucony mengajak semua pelari di dunia untuk “Find Your Strong” untuk terus berdedikasi dengan dunia lari serta terus mengembangkan diri seperti Saucony.

Saucony Originals (Sneakers)

Saucony memperkenalkan kembali beberapa siluet dan gaya khas terbaik mereka melalui branding yang berbeda “the originals”. Trainer 80 adalah salah satunya, diproduksi pada tahun 1980 ini adalah sepatu lari slip-tahan pertama dan paling ringan pada masanya, memberi pelari kenyamanan yang tak tertandingi dan fleksibilitas unggul.

Pada tahun 1981 lahir bentuk siluet Jazz yang khas dan jejak kaki segitiga seperti tombol play di pemutar musik. Ketika mendesain sepatu ini mereka bekerjasama dengan para ahli penyakit kaki. Dengan kerjasama tersebut untuk memastikan Jazz dapat membuat pelari nyaman dan menanggulangin dampak lari jarak jauh.

Setelah Rod Dixon merebut kemenangan legendarisnya di Maraton Kota New York 1983. Saucony mengontraknya untuk merancang sebuah sepatu sesuai namanya yaitu DXN Trainer (1984). Dixon terkenal karena jangkauan atletiknya yang luar biasa. Dixon adalah salah satu dari sedikit orang yang pernah berlari baik sub maraton 3:53 mil dan sub maraton 2:09.

Satu tahun setelah itu tepatnya pada tahun 1985 Saucony menyempurnakan desain siluet Jazz dan meningkatkannya, lahirlah Shadow Originals. Saat itu, Stabilitas adalah prioritas bagi pelari, hal ini melatarbelakangi lahirnya Shadow 5000 (1988). Pengembangan “The Shadow” terakhir adalah Shadow 6000.

Pada tahun 1991, Saucony merilis teknologi GRID (Ground Reaction Inertia Device) merek dagang kami dengan GRID SD. KISI. Sebuah teknologi di depan masanya bernama G.R.I.D. yang masih masih hingga saat ini, dengan sistem bantalan PWRGRID.

Behind the Brand

Sejarah Saucony: Brand Pembuat Sepatu Lari Sejak 1898

Gilang Irwan