fbpx

Teori Spiral Keheningan: Mayoritas Menekan Minoritas

Dipublikasikan oleh Gilang Irwan pada

Teori spiral keheningan memiliki tiga asumsi dasar yang membahas bagaimana keberanian minoritas dipengaruhi oleh kelompok mayoritas dalam mengemukakan pendapat. Fenomena spiral keheningan (spiral of silence) secara teori dapat menjelaskan sebagai sebuah dampak dari media massa dalam proses terbentuk opini publik. Selanjutnya teori ini juga membahas bagaimana pandangan mayoritas yang menekan pandangan minoritas.

Seseorang yang berada pada posisi minoritas sering merasa perlu menyembunyikan pendapatnya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Sebaliknya, mereka yang berada di pihak mayoritas akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pandangan mereka dan terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Maka dari itu, hal ini berangkat dari asumsi akan adanya ketakutan dari individu-individu akan isolasi dari masyarakat. Ketakutan itu muncul jika individu-individu mempunyai opini yang berbeda bahkan berseberangan dengan opini mayoritas masyarakat.

Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence)

asumsi-teori-spiral-keheningan
Elisabeth Noelle-Neumann : Spiral Keheningan (Spiral of Silence)

Spiral keheningan memiliki empat unsur pokok. yaitu Media Massa, Komunikasi Antar-pribadi dan jalinan interaksi sosial. Pernyataan individu tentang suatu hal, dan Persepsi orang lain/kecenderungan pendapat tentang suatu fenomena.

Secara sosiologis, teori Spiral keheningan mengakui bahwa ketakutan individu akan isolasi ini hanya berlaku pada masyarakat kurang terdidik dan miskin, irasional, dan tidak memiliki dedikasi untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan bertanggung jawab.

Asumsi Dasar Teori

Elisabeth Noelle-Neumann menjelaskan tiga asumsi teori spiral keheningan (spiral of silence) sebagai dasar pemikirannya. Asumsi tersebut membahas bagaimana keheningan terbentuk pada kelompok minoritas ketika berada pada kelompok mayoritas.

1. Masyarakat mayoritas mengancam individu yang menyimpang dengan adanya isolasi, dengan demikian kelompok minoritas akan merasa takut terhadap isolasi orang-orang yang berkuasa.

2. Rasa takut akan isolasi membuat individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini. Dan ketiga, perilaku publik di pengaruhi oleh penilaian akan opini publik.

Peran Media Massa

Media berfungsi menyebarluaskan opini publik yang menghasilkan pendapat atau pandangan yang dominan. Sementara individu dalam hal menyampaikan pandangannya akan bergantung pada pandangan yang dominan. Penemu Teori Spiral of Silence, Noelle-meumann memaparkan bahwa media tidak memberikan interpretasi yang luas dan seimbang terhadap peristiwa sehingga masyarakat memiliki pandangan terhadap realita secara terbatas dan sempit.

Media memberikan kontribusi terhadap munculnya spiral keheningan (Spiral of Silence) karena media memiliki kemampuan untuk menentukan dan menyebarluaskan pendangan-pandangan yang mereka nilai lebih tepat. Oleh karena itu mereka yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan pandangan khalayak umum, lebih sulit untuk mendapatkan tempat di media. Ditambah lagi pandangan minoritas pun cenderung menjadi kambing hitam oleh media.

Media massa memiliki tiga sifat atau karakteristik yang berperan membentuk opini publik yaitu:

1. Ubikuitas: Mengacu pada fakta. Media merupakan sumber informasi yang luas karena terdapat dimana saja, dengan kata lain, ubikuitas dapat didefinisikan sebagai kepercayaan. Kepercayaan bahwa media terdapat dimana-mana.

2. Kumulatif: Pengaruh timbal balik dalam membangun kerangka acuan. Dalam hal ini media mengacu pada proses media yang selalu mengulang-ulang apa yang diberitakan. Pengulangan terjadi disepanjang program, baik pada satu media tertentu ataupun pada media lainnya, baik yang sejenis maupun tidak.

3. Konsonan: Konsonan dihasilkan berdasarkan kecenderungan media untuk menegaskan atau melakukan konfirmasi terhadap pemikiran dan pendapat mereka sendiri dan menjadikan pemikiran dan pendapat itu seolah-olah berasal dari masyarakat.

Kritik

Charles Salmon dan rekan (1985) mengemukakan sebuah kritik terhadap teori spiral keheningan (spiral of silence) yang menyatakan bahwa teori ini gagal mengakomodir keterlibatan ego seseorang dalam perkembangan sebuah isu dan opini publik. Kadang-kadang, orang mungkin bersedia untuk berbicara setiap munculnya keinginan mereka terlibat dan mengemukakan pendapat dalam topik tersebut.

Carroll Glynn dan rekan (1985) mencatat dua kekurangan dan kritik teori spiral keheningan (spiral of silence). Pertama, mereka percaya bahwa ketakutan akan keterbatasan mungkin tidak dapat memotivasi orang untuk mengekspresikan pendapat mereka. Kedua, mereka berpendapat bahwa Noelle-Neumann tidak mengakui pengaruh masyarakat dan kelompok sebagai referensi terhadap pendapat mereka dan hanya berfokus pada media.

Lebih lanjut, teori ini terus di validasi oleh kalangan akademisi untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena komunikasi yang terjadi. Namun, munculnya berbagai media seperti media sosial telah memberikan dampak pada keberanian minoritas untuk mengemukakan pendapat. Dalam kondisi ini, Teori Spiral Keheningan terasa tidak mampu menjelaskan fenomena tersebut secara lengkap dan akurat.

Kelemahan teori yang terjadi karena bertambahnya media ini menjadi pembuka jalan bagi para ahli untuk melahirkan pemikiran baru dalam melakukan modifikasi teori maupun melahirkan teori baru. Teori yang tidak dapat lagi menjelaskan fenomena secara lengkap akan merubah teori tersebut menjadi sebuah asumsi saja.

Back to Basic

Teori Spiral Keheningan: Mayoritas Menekan Minoritas

Gilang Irwan